Selasa, 04 Oktober 2011

Pemakaian plastik berbahan singkong digalakkan

JAKARTA - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) bekerja sama dengan PT Veneta System kembali menggalakkan penggunaan kantong plastik berbahan dasar singkong untuk mengurangi penggunaan plastik yang sulit diurai.

“Penggunaan kantong plastik berbahan dasar singkong paling tidak bisa berkontribusi untuk melindungi planet ini,” kata Koordinator Divisi Penggalangan Sumberdaya Walhi M Ali Akbar di Jakarta, hari ini.Walhi dan PT Veneta System, perusahaan isi ulang tinta printer, meluncurkan kampanye bersama lebih bijak menggunakan kantong plastik dengan artis Melanie Subono sebagai Suporter Kampanye.

Ali Akbar mengatakan kampanye akan dilakukan di seluruh Indonesia yaitu di 150 outlet Veneta System melalui program donasikan penggunaan palstik untuk keselamatan lingkungan di Indonesia.“Sejak 2000 Walhi mengkampanyekan untuk lebih bijak menggunakan plastik dalam mendukung kebutuhan hidup sampai sekarang,” kata Ali Akbar.

Direktur PT Veneta System Nikolas Kusmadi mengatakan Veneta System akan melakukan upaya progresif dalam penggunaan kantong plastik dimana dari penggunaan plastik yang ramah lingkungan ditingkatkan lagi menjadi kampanye stop penggunaan kantong plastik. Nikolas mengatakan, plastik merupakan salah satu limbah yang paling sulit diurai, butuh waktu ratusan tahun untuk terurai.

“Bayangkan kalau plastik ini terus bertambah pasti planet kita akan penuh dengan plastik. Maka kami memulai ditoko-toko kami menggunakan plastik yang mudah diurai berbahan singkong,” kata Nikolas.plastik sebagai material pendukung kehidupan telah menyebabkan jumlah sampah di Jakarta mencapai 6.000 ton per hari berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2010.

Jumlah sampah plastik tersebut mengakibatkan timbunan sampah minimal 185 kali volume candi borobudur per tahun.(fsi)

Sumber : http://www.walhi.or.id/id/ruang-media/walhi-di-media/berita-urban/1467-pemakaian-plastik-berbahan-singkong-digalakkan

Kembalikan Perundingan Iklim ke Khitahnya

26/11/10. TEMPO Interaktif, Jakarta - Tiga hari menjelang Konferensi Para Pihak PBB untuk Perubahan Iklim Ke-16 atau "The Sixteenth Conference of Party" di Cancun, Meksiko, koalisi lembaga swadaya masyarakat menggalang Gerakan Rakyat Indonesia Bertanya. Jumat (26/11) pagi, gerakan ini diluncurkan di Jakarta.
Ada dua pertanyaan besar yang diajukan koalisi sejumlah lembaga antara lain Walhi, Institut Hijau Indonesia, Greenpeace, Kiara, KAU, IESR dan Sawit Watch. Pertama, sudahkah pemimpin-pemimpin negara Annex-1 menurunkan emisi secara nyata di negara mereka ? Berapa penurunan emisi yang sudah mereka lakukan hingga saat ini?
Kedua, apa yang telah dilakukan pemerintah Indonesia dalam mempersiapkan ratusan ribu bahkan jutaan rakyat Indonesia yang sedang berada di jurang bencana perubahan iklim ? Indonesia mengirimkan delegasi ke konferensi PBB di Cancun pada 29 November-10 Desember 2010.
Menurut Chalid Muhammad, dari Institut Hijau Indonesia, perubahan iklim merupakan salah satu bukti kegagalan model pembangunan yang selama ini dipraktikkan dunia, terutama di negara maju. Sayangnya solusi yang ditawarkan dalam rangkaian perundingan iklim belum mampu mengatasi masalah perubahan iklim. Pengurangan emisi secara global, tujuan yang menjadi mandat UNFCCC (The United Nations Framework Convention on Climate Change) terlupakan, dan kian mengarah kepada praktek business as usual.
Setelah Konferensi PBB tentang Iklim di Copenhagen tahun lalu, kata Ali Akbar dari WALHI, tidak ada perubahan maupun gebrakan yang signifikan yang ditunjukkan oleh pemimpin-pemimpin negara dalam mengatasi perubahan iklim. Bahkan terdapat kecenderungan untuk melemahkan perundingan dan pengelakan negara-negara Annex-1 untuk benar-benar memenuhi komitmennya menurunkan emisi nyata di negara mereka masing-masing.
Rangkaian pertemuan dengan pembahasan berbagai isu tematik diselenggarakan UNFCCC sejak Februari 2009. Namun berbagai perundingan, belum dapat mencapai kesepakatan tentang seberapa besar penurunan emisi gas rumah kaca bagi negara maju setelah periode Protokol Kyoto. Komitmen negara maju dalam upaya memotong emisinya harus kembali dipertanyakan.
Indonesia sebagai negara yang rentan terhadap perubahan iklim, tulis koalisi lembaga swadaya masyarakat ini, dituntut dapat memainkan peran dalam mengarahkan arah negosiasi. Pertama, tetap fokus pada penurunan emisi secara nyata (tingkat karbon dioksida (CO2) dunia dijaga tidak lebih dari 450 ppm). Kedua, memastikan tidak ada kenaikan temperatur global diatas 2°C. Tidak dipenuhinya komitmen tersebut akan berakhir katastropik, dan merugikan Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
COP 16 di Mexico akan kembali menjadi saksi apakah pemimpin-pemimpin dunia benar-benar serius dengan berbagai komitmen mereka di masa lalu. Rakyat Indonesia, dan di berbagai negara berkembang lainnya, tidak dapat menunggu lagi janji-janji tersebut. Kami ingin melihat komitmen berubah menjadi kenyataan.
Ali Akbar menjelaskan pihaknya menggalang dukungan seluruh rakyat Indonesia, dan rakyat di negara berkembang lainnya, untuk mengajukan pertanyaan yang sama. Sudah saatnya pemimpin dunia tidak lagi bermain-main dan mempertaruhkan ratusan juta rakyat yang rentan terhadap dampak perubahan iklim dan mempertahankan business as usual mereka.UNTUNG WIDYANTO

Sumber : http://www.walhi.or.id/id/ruang-media/walhi-di-media/berita-iklim/158-kembalikan-perundingan-iklim-ke-khitahnya

Minggu, 02 Oktober 2011

INFORMASI DIRI


Nama


M. ALI  AKBAR

Jenis kelamin                    

Laki-laki

Status pernikahan                

Menikah

Kebangsaan                        

Indonesia
Agama

Islam

Tinggi badan

176      cm     

Tempat dan tanggal Lahir 

Bengkulu, 11 April 1971

Alamat

Jalan Cempaka 3 No 236 Kelurahan Kebun Beler propinsi Bengkulu

HP         

0811735962

E-mail 

akbar@walhi.or.id/boengbklu@gmail.com


Pendidikan Akademik
2008  -  Program pasca sarjana pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan Universitas Bengkulu
1992  -  1999 Fakultas pertanian Universitas Bengkulu
1987  -  1991 SMA Negeri Pagar Dewa Bengkulu

Kursus
2010  -  Pelatihan fasilitasi oleh inspirit
2008  -  Pelatihan penyusunan kebijakan lokal pasca bencana oleh MBPI
2007  -  SEA/EIA Oleh IISS/NESO Belanda
2006  -  Pelatihan fasilitatasi in house training oleh Inspirit
2005  -  Pelatihan CBRDM Oleh WALHI Jambi
2004  -  Pelatihan metodologi penelitian oleh yayasan Smeru
1996  -  Sekolah panjat tebing skyger Gunung parang, Jawab barat, Jakarta


Pengalaman kerja 2002-2011
1.  Pendamping kelompok pecinta alam, DEWAPALA, MATRAJAYA PALA Bengkulu
2.  Pendidikan dan pengorganisasian rakyat di Propinsi Bengkulu
3.  Advokasi stop konversi hutan rakyat Sungai Ipuh Bengkulu
4.  Advokasi stop pembangunan jalan di dalam Taman Nasional Kerinci Seblat
5.  Advokasi pembangunan pusat advokasi petani di Propinsi Bengkulu
6.  Advokasi Stop illegal logging oleh angkatan laut di pulau Enggano
7.  Advokasi stop penambangan pasir di Teluk Sepang Bengkulu
8.  Advokasi stop konversi hutan bukit daun dari perkebunan teh di Bengkulu
9.  Advokasi stop tambang pasir besi di Seluma bengkulu
10. Respon cepat dan rehabilitisi masyarakat pasca gempa di Mukomuko
11. Assistensi beberapa anggota WALHI Aceh pasca gempa dan Tsunami di Aceh
12. Konsultan yunior base line study CBDRM di Mukomuko
13. Program design Kampanye publik dampak perubahan iklim di propinsi bengkulu
14. Program design dan komunikasi donor di eksekutif naisonal WALHI
15. Penggalangan sumber daya publik guna mendukung kampanye dan advokasi WALHI


Pengalaman berorganisasi
1990 - 1991 : Koordinator DEWAPALA SMA Negeri 5 Bengkulu
1996 – 1998 : Koordinator divisi Rock climbing KAMPALA Universitas Bengkulu
1997 – 1999 : Koordinator pengurus Federasi Panjat Tebing Propinsi Bengkulu dan pada tahun 1998     menjadi ketua harian FPTI
1999 – 2004 : Direktur Eksekutif yayasan Kanopi bengkulu
2004 – sekarang : Ketua badan pengurus Yayasan kanopi Bengkulu
2003 – 2004 : Ketua Dewan Daerah WALHI Bengkulu
2004 – 2008 : Direktur Eksekutif WALHI Bengkulu
2006 – 2008 : Koordinator Program AKAR Network
2008 – 2009 : Ketua Dewan Daerah WALHI Bengkulu
2009- 2011 : Kepala Departemen kelembagaan dan pengelolaan sumber daya Eksekutif nasional WALHI



 

KENAPA HARUS MEMILIH DIREKTUR WALHI ??

Pilihan hidup untuk mendedikasikan diri sebagai bagian dalam menjalankan kampanye dan advokasi keselamatan lingkungan hidup mulai dijalani sejak SMA. Pada tahun 1990 Bersama dengan teman-teman jurusan Biologi, mendirikan kelompok pecinta Alam (DEWA PALA) yang kemudian berkembang menjadi salah satu kelompok pecinta alam yang cukup disegani di propinsi Bengkulu.

Selama Kuliah di Universitas bengkulu, tergabung dalam kelompok aktivitas mahasiswa pecinta alam fakultas pertanian (KAMPALA). Dengan posisi sebagai ketua divisi rock climbing. Guna Mengembangkan dan memperkenalkan olah raga dengan tujuan menyelamatkan kawasan bukit kandis Bengkulu, pada tahun 1998 menjadi ketua harian federasi panjat tebing propinsi Bengkulu (FPTI).

Setelah menyelesaikan kuliah, sejak tahun 1999, bersama dengan 8 (delapan) orang alumni KAMPALA, mendirikan yayasan kanopi dan dipercaya memimpin organisasi tersebut. Hampir 5 (lima) tahun memimpin organisasi dengan fokus program menyelamatkan kawasan hutan bukit daun dan rimbo pengadang dari ekpansi perkebunan teh dan pertambangan batubara. Selain itu Selama di yayasan kanopi, agenda kampanye dan keselamatan pantai barat bengkulu juga menjadi salah satu program utama. Pilihan ini diambil selain belum ada yang fokus pada wilayah tersebut juga didasari oleh tingkat ancaman terhadap kawan pesisir dan hutan pantai Bengkulu baik dari ancaman abrasi samudera Indonesia maupun dari ancaman ekpansi perkebunan sawit. Pengorganisasi rakyat adalah langkah utama dari setiap gerakan yang dibangun. Hal ini dilatarbelakangi bahwa hanya ada satu kekuatan yang mampu mempertahankan kawasan ekologis yaitu dengan melakukan mobilisasi gerakan rakyat
.
Pasca mendaftarkan yayasan kanopi menjadi anggota WALHI pada tauhn 2002, tahun 2003 dipercaya untuk menjadi ketua Dewan Daerah WALHI bengkulu dan pada tahun 2004 dipercaya untuk menjadi Direktur Eksekutif Eksekutif WALHI Bengkulu. Selama di WALHI bengkulu, gerakan rakyat tetap menjadi agenda utama yang dibuktikan dengan terbangunnya Komunitas hijau rakyat bengkulu yang merupakan wadah dalam menjalankan agenda strategis dan politik menyelamatkan kawasan penyangga kehidupan rakyat.

Tahun 2009, melalaui proses interview diterima menjadi staf di Eksekutif Nasional WALHI. Pada bulan Juni 2009 setelah dua bulan menjadi manager pendidikan dan kaderisasi, diminta untuk menjadi kepala departemen kelembagaan dan pengelolaan sumber daya sampai dengan bulan Juli 2011. Hampir sepuluh tahun di WALHI, dengan mengikuti semua proses keorganisasian (Anggota, Dewan Daerah, Direktur Eksekutif dan Deputi Direktur Eksekutif Nasional) merupakan modal utama yang mendukung setiap agenda yang dilaksanakan. WALHI adalah wadah yang tepat sebagai tempat belajar, kampanye dan advokasi keselamatan sumber-sumber kehidupan rakyat. Atas dasar pengalaman, kemampuan dan pengetahuan tentang WALHI secara keseluruhan, Saya berniat untuk mengemban tanggungjawab sebagai Direktur Eksekutif WALHI Nasional.