Rabu, 28 Desember 2011

Bunuh Rakyat Bima, Walhi Minta Pemerintah RI Adili Managing Director ARX, John C. Carlile

JAKARTA, PedomanNEWS.com - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) meminta Pemerintah RI agar mendesak pemilik 95 persen proyek tambang Bima, Arch Exploration dengan kode perusahaan ARX bertanggungjawab dan diadili atas penembakan rakyat di Bima. Hal ini disampaikan Pengkampanye Tambang dan Energi WALHI, Pius Ginting kepada PedomanNews.com, Jakarta, Rabu (28/12/2011).

"Pemilik 95% proyek tambang Bima yang ditentang warga, Arch Exploration dengan kode perusahaan ARX lewat Managing Director John C. Carlile pada 28 Desember 2011 lewat situs perusahaan www.arcexploration.com.au berusaha lepas tanggung-jawab atas penembakan rakyat di Bima," ujarnya.


Dia menjelaskan, perusahaan menyatakan telah menghentikan aktivitas di Proyek Bima di Sumbawa, Indonesia sebagai hasil kejadian terbaru di Pelabuhan Sape 2011. Aktivitas di Bima adalah kecil dan telah hanya melibatkan sejumlah kecil geolog melakukan pekerjaan lapangan seperti sampling dan pembuatan parit.

Tujuan dari eksplorasi ini, kata Pius, adalah mengetahui lebih baik geologi dan potensi mineral di area, yang terakhir ini belum ditentukan. Bertentangan dengan berbagai laporan, tidak ada pertambangan emas atau konstruksi sedang dijalankan, atau tidak ada saat ini penambangan emas apapun.

"Aktivitas ARX hanya melibatkan tim kecil yang mobil yang melakukan pekerjaan awal di lapangan. Tidak ada “situs proyek” khusus. Sebagaimana grup perusahaan bekerja erat dengan komunitas local, ARX sesalkan hilangnya nyawa dan luka-luka yang terjadi selama kejadian 24 Desember," paparnya.

"Aktivitas ARX dan staf tidak ada hubungannya dengan pelabuhan Sape, dan dorongan bahwa ARX terlibat dalam kejadian hari Sabtu adalah tidak benar," tegasnya.

Dipahami bahwa pejabat Indonesia sedang menginvestigasi kejadian di Sape. ARX akan segera melaporkan perkembangan pasar informasi terbaru tentang informasi penting apapun. Dia menilai pernyataan tersebut adalah upaya lari Arch lari dari tanggung atas tewasnya Arif Rahman (19), Saiful (17), Arifuddin A. Rahman, M (45) serta puluhan lainnya luka parah karena tembakan dan penyiksaan.

Bagaimanapun, kata Pius, kegiatan eksplorasi adalah awal bagi masuknya kegiatan penambangan. Rakyat di Kabupaten Lambu telah melakukan aksi protes besar pada Februari 2011 menolak aktivitas eksplorasi penambangan. Menghadapi protes ini Arch terpaksa menghentikan penambangan dari Februari hingga November 2011. Tapi Arch tetap memaksakan kehendak untuk melanjutkan penambangan dengan melakukan diskusi dan pertemuan intensif dengan pejabat Indonesia, sebagaimana diakui Arc dalam Quarter Activities Report June 2011. Atas hasil diskusi intentif inilah perusahaan lalu menyatakan dengan gagah melanjutkan kembali eksplorasi di Proyek Bima, Sumbawa Timur pada 29 November 2011.

Pelanjutkan kembali proyek inilah yang menciptakan kecemasan warga Kecamatan Lambu, Bima, yang sebagian besar hidup sebagai petani dan nelayan, peka terhadap kelanjutan daya dukung tanah, sungai, alam buat kehidupan dan perekonomian mereka. Dilanjutkannya kembali proyek inilah yang mendorong aksi pendudukan Pelabuhan Sape pada Desember 2011, diakhiri dengan pembantaian ditengah pengepungan Brimob NTB.

Berdasarkan penelusuran Walhi, ujar Pius, Managing Director Arch Exploration Limited, John Carlile, seorang geologis lebih dari 30 tahun bekerja di eksplorasi emas di perusahaan BHP dan Newcrest (perusahaan induk Nusa Halmahera Mineral, NHM) di Asia, Indonesia. Sebelum sebagai Managing Director Arch, John Carlile adalah manajer ekplorasi bagi tambang Newcrest Mining (Nusa Halmahera Mineral-NHM).

Berdasarkan info dari situs Arc tentang pencapaian John sebelumnya, kata Pius, bahwa dia bertanggung-jawab bagi pembangungan dan pengelolaan eksplorasi, akusisi dan sejumlah aktivitas korporasi yang berujung kepada penemuan jutaan ons emas di Gosowong, Kabupaten Halmahera Utara.

Semasa John bekerja pada perusahaan NHM tahun 2004, warga sekitar di Teluk Kao melakukan protes atas tambang emas dan perak tersebut karena tidak mau penambangan terjadi di sekitar ruang hidup mereka yang hidup sebagai petani dan nelayan. Seorang warga yang ikut protes Rusdi Tungapi, ditembak mati ditembak polisi pada tahun 2006 setelah aksi rakyat sekitar tambang menolak hutan dan tanah pertanian mereka dirusak operasi pertambangan di sekitar Teluk Kao, Halmahera. Berdasarkan penuturan warga, mereka yang protes dikumpulkan, di suruh jongkok. Oleh seorang komandan Kepolisian, Rusdi Tungkapi disuruh berdiri dan maju ke depan. Ditembak di depan manajer dan staf perusahaan tersebut.

"Karena adanya rekaman jejak hubungan John Carlile dengan perusahaan yang melakukan pembunuhan terhadap warga maka sewajarnya lah Pemerintah RI demi perlindungan warga negara dari personel dan perusahaan predator untuk mengadili atau mem-persona non gratakan John Carlile," pungkasnya.

Sumber : http://pedomannews.com/nasional/berita-nasional/politik-a-hukum/9631-bunuh-rakyat-bima-walhi-minta-pemerintah-ri-adili-managing-director-arx-john-c-carlile

Tidak ada komentar:

Posting Komentar